Ye ye ye, Assalamualaikum, Selamat datang di gubuk media MupidStory, terima kasih sudah mampir. Rasakan kenikamatan Hakiki Story Enjoy, tips bermanfaat dan dunia Art.

Seperti biasa kita berada di plot cerita dari Destroyed, nah kali ini mimin mau update Part 1nya, buat kalian yang baru mampir dan belum baca prolognya silahkan klik, link judul ini, BAB Prolog Destroyed, dan Plot seru Destroyed, supaya kalian lebih paham jalan ceritanya dan tidak kebingungan ketika membaca lanjutan cerita ini.

Oke, sebelumnya saya tegaskan lagi. Cerita ini Murni karya pribadi, harap membaca dan mematuhi ketentuan pembaca dan besikaplah dengan bijak ya guys. 

SOJOY (STORY ENJOY) YUK!!!



DESTOYED

Siapa Namamu, Hey Gadis?

Memang terkadang ingatan masa lalu kita sangat menyakitkan untuk kita kenang. Dan terkadang kenangan itu pula yang menghantarkan kita pada kita yang sekarang....,
***

Flashback to the memorise of two years ago...,

Jalanan malam itu teramat sepi. Sesepi hatinya yang selalu saja sendiri. Semua orang yang ia sayangi telah pergi jauh saat dirinya baru saja menjejaki usia 12 tahun. Sangat jauh dari kata dewasa dan tahu keadaan hingar-bingar dunia yang teramat kejam.

Mungkin, karena itu ia salah jalan.

Mungkin karena itu juga, ia terseret dalam keadaan yang membuatnya menjadi seorang pria yang kejam.

Entahlah, ia sendiri tidak terlalu mengingat masa lalunya yang teramat kelam. Ia hanya ingat, ayah dan ibunya mati dibunuh kakeknya sendiri karena melawan kehendak sang kakek. Dan kakeknya mati karena ditusuk oleh dirinya dengan pisau dari belakang.

Ia membenci mengingat hal itu. Tapi dengan begitu, semua harta warisan ayah dan kakeknya jatuh di tangannya karena ayah dan dirinya adalah anak lelaki tunggal. Meskipun memang saat itu ia tak mengharapkan apapun selain rasa bencinya pada kakeknya yang telah membunuh kedua orang tuanya. Tapi, tak ada salahnya menerima haknya sebagai pewaris, bukan?

Dan mungkin mulai saat itu, hatinya teah musnah, hatinya telah mati. Karena sedikitpun tak ada yang mengajarkan padanya bagaimana itu rasa berbelas kasih!

Ia kembali melanjutkan kegiatannya membereskan korbannya. Masa lalu memang terkadang menghantuinya ketika ia sedang beraksi.

Dengan sigap ia membersihkan segala jejak dirinya agar tak ada satupun barang bukti yang tertinggal. Tak ada rasa sesal, yang ada hanyalah kepuasan dalam hatinya ketika merenggut sebuah nyawa milik seorang yang diketahuinya adalah seorang akuntan sebuah perusahaan besar.

"Maaf Tuan, Anda sedang apa?" pekik seorang gadis kaget.

Sontak lelaki itu menoleh. Memandangi gadis itu dari atas hingga bawah. Tak sengaja menilai penampilan lusuh sang gadis.

Dan dengan langkah cepat ia membekap mulut sang gadis dan menyeretnya ke dalam mobilnya kemudian mengikatnya dengan tali yang selalu siap di dalam mobilnya.

"Ciihh, menyusahkan sekali," ujarnya kesal ke arah gadis yang terus saja berusaha melepaskan diri dari ikatan ciptaannya.

Gadis itu melotot marah mendengar ucapannya, membuatnya sedikit terkagum berkat keberaniaan sang gadis. Ia kemudian melepaskan bekapan tangannya dari mulut gadis itu, penasaran dengan tindakan gadis itu selanjutnya.

"Anda manusia jahannam, Tuan. Kenapa anda membunuh orang itu?" tanyanya berani.

"Siapa namamu, hey gadis?" tanya lelaki itu mengacuhkan pertanyaan sang gadis membuat gadis itu memautkan kedua alisnya, heran.

Untuk apa ia menanyakan namanya? Apa namanya penting sekarang? Tidakkah pria dihadapannya ini menginginkan kematiannya karena telah memergokinya membunuh seseorang?

"Lepaskan saya!" jawabnya keras. Entah mengapa ia sedit takut dengan apa yang dipikirkannya barusan.

Lelaki itu menutup pintu mobilnya keras dan memasuki pintu bagian kemudi. Menyadari tak ada untungnya ia bertanya. Setelah berda di depan kemudi ia melajukan mobilnya kencang menghiraukan teriakan-teriakan gadis di sampingnya.

"Apa anda seorang psikopat? Mengapa anda tega membunuh orang itu?"

"Anda gila! Sungguh, anda ini gila!"

"Ku mohon jangan mengemudi sekencang ini. Anda memang gila, Tuan!"

Ia terus meracau tanpa henti.

"Anda ini siapa? Anda akan membawaku ke mana?"

"Ku mohon lepaskan saya!" katanya lagi sambil menahan tangis. Ia tahu, hidupnya kali ini sudah terancam.

"Diamlah! Tak ada gunanya lagi kau berteriak! Kau sudah menjadi milikku!" jawab lelaki itu tajam. Dingin. Menyeramkan. Membuatnya merinding dan terus terdiam.

"Siapa namamu?" tanya lelaki itu lagi.

Ia hanya membisu. Tak berniat menjawab.

"Hey, jawab! Siapa namamu?" Tanyanya lagi. Tentu saja dengan penekanan dan desakan agar gadis itu segera menjawab.

"Ana," jawab gadis itu seakan berbisik. Namun, masih bisa didengar lelaki itu.

"Apa kau seorang pemulung?" tanyanya.

Sontak gadis itu terheran, 'bagaimana dia tahu? Apa penampilannya sangat menonjol?'

"Jawab!" ucap lelaki di sampingnya tegas.

"Ya," jawabnya asal. Kali ini, entah mengapa ia sedikit kesal.

"Aku Roman. Dan sekarang kau adalah milikku! Pekerjaku! Kau tak bisa membantahku karena kau tak bisa kabur dariku. Sampai kapanpun! Kalau kau kabur, kau akan tahu akibatnya! Kau punya keluarga bukan? Aku bisa dengan mudah menemukan semua yang terhubung denganmu dan melenyapkan mereka semua!" katanya sekali napas. Penuh dengan ancaman.

Ana menoleh marah. Tapi kemudian kembali menciut setelah melihat tatapan membunuh dari lelaki yang baru diketahui namanya, Roman. Ia sedikit gemetar karena tatapan itu. Mendadak ia tak memiliki keberanian untuk membalas ucapan lelaki itu. Mendadak ia menjadi gadis bisu yang ketakutan setengah mati.

'Ya Tuhan, aku bertemu dengan pria yang menakutkan,' pekik hatinya takut.

Mendadak ia mengingat ibu dan adik laki-lakinya di rumah. Bagaimana kabar mereka? Apakah mereka menghawatirkannya? Apakah mereka baik-baik saja?

Ia melirik pria di sampingnya. Raut wajahnya dingin. Tegang. Menyeramkan. Dan dia telah membunuh seorang lelaki gendut sebentar tadi. Ia bergidik.

'Tidak, aku tidak akan membiarkan siapapun melukai keluargaku. Tidak, sekalipun diriku harus membayar dengan menjadi budak lelaki di sampingku.' Putusnya.

Tanpa ia sadari, air matanya meluruh. Ia tak bisa menahnnya. Ia merindukan ibu dan adiknya. Ingin sekali ia memeluk mereka. Ia menyesal telah meninggalkan rumah sebentar tadi. Ia menyesal karena pergi begitu saja setelah bertengkar dengan ibunya yang terus saja menginginkannya menikah dengan saudagar genit. Ia menyesal karena tak bisa membelikan adiknya sepatu baru untuk sekolahnya. Ia menyesal. Sangat menyesal.

Seandainya waktu bisa ia putar kembali...,

Flashback off
____

Bersambung…,

Lanjutan silahkan klik, Part 4

0 Komentar