Cerita Fabel - Ikan Badut dan Bayi Hiu Oleh Mupidstory
Ikan Badut dan Bayi Hiu
Oleh : N Muf
Matahari telah lama terbit di ufuk timur, menghilangkan kabut dan sebentar lagi menghadirkan terik.
“Shark, yu hu..,” datanglah seekor ikan badut betina dengan ceria ke arah anaknya yang masih saja tertidur di hari yang sudah menjelang siang.
“Baby Shark, bangun sayang,” dengan lembut Mama Shark membangunkan anaknya.
“Emh, aku masih ngantuk, Mom.”
Shark berguling menjauhi Mama Shark. Mama Shark tersenyum kecil. Meskipun berbadan besar, Baby Shark tetaplah masih anak-anak.
“Ayolah sayang, Papa Shark sedang bersama teman-temanmu di bawah runtuhan kapal yang kau temukan kemarin,” bujuk Mama Shark lagi.
Baby Shark terlonjak, “benarkah, Mom?” tanyanya girang.
“Iya sayang, mari kita berburu!” jawab Mama Shark tak kalah ceria.
Buru-buru Baby Shark bangun dan menggandeng Mama Shark, “ayo Mom, ayo! Aku tidak sabar bertemu teman-temanku! Mom, ayo!”
“Sabar, Shark! Kau menyakiti Mama!” ujar Mama Shark yang sedikit terbentur karang karena mengikuti kecepatan berenangnya Baby Shark.
Baby Shark berhenti berenang.
“Ops, sorry Mom. Aku tidak bermaksud menyakitimu, aku hanya…” ujarnya merasa bersalah.
“Stt, jangan menangis, Shark. Mommy taka apa-apa, jangan ulangi lagi. Mama Shark sayang padamu,” ujarnya lembut sambil memeluk tubuh besar Baby Shark.
Baby Shark terharu mendengarnya dan berjalan sangat hati-hati di samping Mama Shark. Sepanjang jalan ia tak henti-hentinya berceloteh dan membual berbagai hal sampai membuat Mama Shark kewalahan menjawab dan menanggapinya.
“Mama Shark, lihat! Papa Shark di sana!” ujar Baby Shark kemudian berenang cepat ke dasar laut di mana Papa Shark dan teman-temannya berada.
Terlihat beberapa pecahan kapal yang berserakan di sekelilingnya, cukup besar dan sungguh luar biasa banyak lumut di bawahnya, mungkin sudah lama kapal ini tenggelam. Hanya saja baru kemaren ia dan teman-temannya menemukan kapal ini.
Baca juga :
“Papa Shark!” teriaknya girang.
“Hai, Baby Shark! Kau sudah bangun ternyata. Kemari, Shark! Kita sarapan pagi!” ujar Papa Shark hangat.
“Hai, teman-teman badut, apa kabar?” sapanya kepada ikan-ikan badut yang kecil,
“Hai, Shark! Lama sekali kau tak kelihatan. Sepertinya kau tidur seabad, Shark!” ledek salah satu teman ikan badutnya.
“Iya, Shark! Kau melewatkan sarapan pagi yang lezat ini!” kata temannya yang lain yang tengah lahap memakan lumut yang menempel di kapal.
“Hahaha, baru kemarin kita kejar-kejaran di sini! Kau bilang aku tidur seabad? Sungguh tidak realistis sekali,” elak Baby Shark tidak terima.
“Sudah-sudah, jangan bertengkar Shark! Makan dan bermainlah sekedarnya,” ujar Mama Shark menengahi.
“Oke, Mama Shark!” ujar Baby Shark dan teman-temannya dengan kompak.
Baby Shark menikmati kebersamaannya bersama kedua orangtuanya dan teman-teman ikan badutnya. Ia sungguh bahagia dan merasa beruntung berada di tengah keluarga yang hangat dan begitu menyayanginya. Sampai ia tak sadar bahwa ia berbeda. Ia terlalu nyaman bersama keluarga kecilnya dan menjadi ikan badut, bukan bayi hiu yang dibesarkan dua ikan badut yang baik hati.
Baca juga :
“Shark! Jangan bermain jauh-jauh, hati-hati di sana ada gulungan ombak!” teriak Mama Shark dari kejauhan.
“Tidak apa-apa, Mom. Aku kuat seperti baja. Aku hiu yang tak terkalahkan. Aeerrr.” Ujar Baby Shark sambil meniru gaya hiu besar. Memperlihatkan giginya yang terlihat runcing.
Mama Shark menggeleng-geleng dan meneruskan kegiatannya mengumpulkan lumut.
Karena asyiknya bermain dan kejar-kejaran bersama temannya. Tak sadar hari telah menjelang sore. Kini, mereka malah bermain petak umpet. Karena memiliki badan yang lumayan besar, membuat Baby Shark kebingungan hendak bersembunyi di mana. Sehingga ia berinisiatif bersembunyi di belakang karang besar sedikit jauh dari runtuhan kapal.
“Baby Shark! Ayo pulang, sebentar lagi malam!” teriak Mama Shark yang tak didengar Baby Shark yang malah tertidur di balik karang. Teman-temannya ternyata sudah pulang karena dijemput orangtua mereka untuk kembali ke Desa Terumbu.
“Baby Shark, dimana kau bersembunyi? Jangan bercanda, Nak?” teriak Mama Shark dengan nada mulai khawatir karena sudah beberapa kali ia memutari kapal. Namun tak jua menemukan keberadaan Baby Shark.
Papa Shark dan Mama Shark tak henti-hentinya meneriaki nama Baby Shark. Namun tak juga ia menyahut.
Mama Shark mulai menangis.
“Baby Shark! Ayo pulang, Nak!” teriak Mama Shark dengan tangisannya.
Tiba-tiba, tanpa diduga-duga gelombang ombak datang hampir menelan Mama Shark kalau saja Papa Shark tidak meraih sirip Mama Shark. Sudah pasti tubuh Mama Shark sudah terbawa ombak.
“Mama Shark!”
Tiba-tiba terdengar suara teriakan Baby Shark.
Papa Shark dan Mama Shark menoleh dan berteriak histeris karena melihat Baby Shark berada dalam gulungan ombak bersama batu karang dan beberapa pecahan kapal yang hancur akibat tertabrak gulungan ombak.
Mama Shark ingin meraih tangan Baby Shark namun tubuhnya ditahan oleh Papa Shark. Sekilas Mama Shark melihat Baby Shark menangis dan memanggilnya sampai Karang besar yang ikut terbawa ombak dan membentur kepalanya hingga ia tak sadarkan diri.
“Baby Shark!” teriak Mama Shark histeris kemudian pingsan tak sadarkan diri.
Papa Shark kebingungan atas kejadian yang menimpa mereka. Dengan perih ia melepas kepergian Baby Shark bersama ombak di depan matanya. Akhirnya dengan berat hati, ia membawa Mama Shark pulang tanpa Baby Shark.
Baca juga :
“Baby Shark Do Do Do, Baby Shark Do Do Do, Baby Shark!”
“Mommy Shark Do Do Do, Mommy Shark Do Do Do, Mommy Shark!”
Mama Shark menghapus air matanya yang jatuh karena teringat lagu itu ketika bermain bersama Baby Shark.
Baby Shark sangat riang dan ia penuh dengan tawa.
Meskipun ia berbeda, akan tetapi Mama Shark sangat menyayangingaya.
Baby Shark adalah titipan teman hiunya yang sudah meninggal. Ia dan Papa Shark pernah menyelamatkan hiu tersebut dari jerat jarring manusia sehingga mereka menjadi teman. Suatu hari, hiu itu datang bersama bayinya dan menitipkan bayinya yang baru dilahirkannya kepada Mama Shark dan Papa Shark yang sememangnya tidak memiliki anak. Tak lama kemudian, Mama Shark dan Papa Shark mendengar kabar bahwa sang hiu temannya telah meninggal karena usianya yang sudah tua. Sehingaga pada akhirnya mereka merasa iba dan membesarkan Baby Shark dengan sepenuh hati. Tanpa memedulikan asal-usul dari Baby Shark.
Di lain tempat. Di dasar laut yang gelap dan sepi. Baby Shark terdampar dan belum sadarkan diri. Ya, ia masih selamat! Dia adalah seekor hiu yang kuat. Beberapa goresan luka terlihat di pelipis dan sekujur tubuhnya. Namun, ia masih bernapas.
“Eh…,” erangnya lemah.
“Mama Shark,” bisiknya lagi sambil mengerjap-ngerjapkan matanya tanda ia mulai sadarkan diri. “Aku dimana ini?” katanya lagi dengan lemah.
Ia mulai terbangun dan kebingungan melihat sekitarnya yang berbeda jauh dengan Desa Terumbu yang dipenuhi rumput laut dan karang-karang yang indah.
“Mama Shark? Papa Shark?” panggilnya dan berputar ke sekeliling dasar laut. Namun, ia tak menemukan apapun selain, mayat-mayat ikan yang baru. Ia merasa ngeri dan menahan tangisnya karena sadar ia tidak berada di rumah.
Kemudian tanpa disangka-sangka datang seekor hiu besar mendatanginya. Sungguh menyeramkan. Ia sampai takut dan mencoba berenang mundur.
Baca juga :
“Hei, nak!” kata hiu tersebut.”Sedang apa kau di sini? Apa kau tersesat?” katanya ramah pada Baby Shark.
Baby Shark menghela napas. Ternyata, meskipun terlihat menyeramkan, ikan besar ini ramah.
“Hei, Nak! Aku bertanya padamu!” ujar Hiu besar itu lagi karena tidak memperoleh jawaban dari Baby Shark.
“E…e..e.. Saya lapar, Tuan,” katanya gagap. Ia tidak tahu harus berkata apa. Yang ada di kepalanya hanya lapar karena memang benar dia merasa lapar. ‘Sudah berapa hari ia terbaring dan pingsan di dasar lautan ini?’ Pikirnya menerawang.
“Ini, makanlah!” Ujar Hiu besar itu sambil menyodorkan seekor ikan kecil yang mati.
“Ti…tidak tuan, aku tidak makan itu.”
“Hahaha!” tiba-tiba Hiu besar tertawa. “Jangan membuat lelucon! Kau seekor Hiu! Masak kau tidak makan daging? Hahaha!” tawanya lagi.
“Hiu? Aku Hiu? Hiu yang kuat itu?” Tanya Baby Shark bingung.
“Iya, memangnya apa lagi kau sebut dirimu itu? Sudah! Jangan banyak bicara! Makanlah dan ikuti aku!” perintah si hiu besar.
Karena takut dengan berat hati Baby Shark memakan ikan kecil dengan perasaan iba.
Awalnya ia merasa jijik. Akan tetapi, setelah masuk ke dalam mulut dan mulai mengunyahnya. Ia merasakan kenikmatan yang belum pernah ia rasakan. Dengan lahap ia mengunyah ikan kecil dengan perasaan takjub dan heran.
Baca juga :
“Ini enak sekali!” teriaknya girang.
Hiu besar yang melihatnya terheran-heran dengan tingkah Baby Shark yang seakan-akan tidak pernah memakan daging.
“Ini belum apa-apa. Esok ikut aku berburu. Kau akan merasakan darah dan daging segar di tenggorokanmu! Hahaha.” ujarnya bengis.
Baby Shark hanya mengangguk meskipun tidak memahami perkataan Hiu besar. Kini yang ada di pikirannya adalah makan daging enak tanpa mengingat Mama Shark dan Papa shark yang masih khawatir mencarinya.
Sesuai perkataan Hiu besar. Keesokan harinya mereka berburu daging segar. Baby Shark sangat menikmati perburuan dan melahap setiap santapan yang di dapat Sang Hiu besar dengan lahap. Ia sudah lupa, kalau sebelumnya ia mengira dirinya adalah ikan badut yang memakan lumut.
“Hei, Shark! Sepertinya kau sudah mengerti cara berburu! Sekarang kau harus hidup mandiri! Aku tidak bisa lama-lama bersamamu.” Kata Sang Hiu besar di suatu ketika.
Sang Hiu besar meningalkan Baby Shark yang menangis karena ditinggalkan oleh Sang Hiu besar. Kini, ia sendiri. Mencoba membiasakan diri dengan hidup berdikari. Ia belajar berjalan melawan arus. Berenang mencari kawan. Namun tiada kawanan yang mau menerimanaya. Ya kini ia merasa hampa. Tanpa teman, tanpa keluarga.
‘Ah, keluarga?’ bisik hatinya.
Tiba-tiba ia mengingat Mama Shark dan Papa Shark juga teman-temannya di Desa Terumbu.
“Ya, aku akan bertemu Mama Shark dan Papa Shark!” tekadnya.
Ia berenang mencari dan terus mencari keberadaan Mama Shark dan Papa Shark di semua daerah yang memiliki banyak terumbu karang dan rumput laut. Setiap bertemu ikan badut ia menyapa. Namun, semuanya menjauh dan menakutinya. Ia terkadang merasa marah dan menerkam salah satu di antara mereka. Hingga pada akhirnya sampailah ia di Desa Terumbu. Tempat ia dibesarkan.
Baca juga :
Semua menyambut kedatangannya termasuk teman-temannya.
“Hai Shark! Ternyata kau masih hidup! Luar biasa!” ucap salah satu temannya dengan gembira. Ia memeluknya. Baby Shark menahan keinginannya untuk menerkamnya karena ikan badut yang tengah memeluknya kini adalah temannya.
“Daebak, kau Shark! Kau selamat!” kata temannya yang lain.
“Baby Shark!” tiba-tiba ada yang berteriak memanggilnya. Semua menoleh.
Itu adalah,
“Mama Shark!” teriak Baby Shark dan ikut berenang ke arah Mama Shark dan memeluknya.
“Aku rindu padamu, Mom.”
“Mommy juga, Sayang. Kau kemana saja? Mommy mencarimu,” ucap Mama Shark sambil menangis.
“Aku tersesat karena terbawa arus, Mom. Tidak apa-apa, aku selamat.” kata Baby Shark menenangkan.
“Jangan tinggalkan Mama, Shark. Aku menyayangimu.” Kata Mama Shark sambil memeluk Baby Shark kembali.
Mereka akhirnya pulang bersama dan bertemu Papa Shark. Baby Shark tidak menceritakan kalau ia bertemu dengan Sang Hiu yang mengajarkannya berburu daging. Biarlah itu menjadi rahasianya. Ia berpura-pura kembali memakan lumut dan mencoba memendam keinginannya menerkam ikan-ikan badut dan teman-temannya. Sungguh, ia akui. Memang sangat sulit kembali menjadi ikan badut karena ia bukanlah seekor ikan badut tetapi hiu sang predator daging.
Baca juga :
Namun, ia bahagia bersama keluarga kecil dan teman-temannya di Desa Terumbu. Sesulit apapun, ia akan tetapi jalani. Karena ia bahagia bersama dengan mereka yang menyayanginya dengan setulus hati dan mau menerima dia, apa adanya.
The End
#cerita #fabel #Babyshark #IkanBadut #terusberkaryameskicorona #dirumahaja

0 Komentar