Part 3 Destroyed - Siapa namamu, hey Gadis? - Cerita Created by Mupidstory
Ye ye ye, Assalamualaikum, Selamat datang di gubuk media MupidStory, terima kasih sudah mampir. Rasakan kenikamatan Hakiki Story Enjoy, tips bermanfaat dan dunia Art.
Seperti biasa kita berada di plot cerita dari Destroyed, nah kali ini mimin mau update Part 1nya, buat kalian yang baru mampir dan belum baca prolognya silahkan klik, link judul ini, BAB Prolog Destroyed, dan Plot seru Destroyed, supaya kalian lebih paham jalan ceritanya dan tidak kebingungan ketika membaca lanjutan cerita ini.
Oke, sebelumnya saya tegaskan lagi. Cerita ini Murni karya pribadi, harap membaca dan mematuhi ketentuan pembaca dan besikaplah dengan bijak ya guys.
SOJOY (STORY ENJOY) YUK!!!
DESTOYED
Siapa Namamu, Hey Gadis?
Memang terkadang
ingatan masa lalu kita sangat menyakitkan untuk kita kenang. Dan terkadang
kenangan itu pula yang menghantarkan kita pada kita yang sekarang....,
***
Flashback to the memorise of
two years ago...,
Jalanan malam itu teramat sepi.
Sesepi hatinya yang selalu saja sendiri. Semua orang yang ia sayangi telah
pergi jauh saat dirinya baru saja menjejaki usia 12 tahun. Sangat jauh dari
kata dewasa dan tahu keadaan hingar-bingar dunia yang teramat kejam.
Mungkin, karena itu ia salah
jalan.
Mungkin karena itu juga, ia
terseret dalam keadaan yang membuatnya menjadi seorang pria yang kejam.
Entahlah, ia sendiri tidak
terlalu mengingat masa lalunya yang teramat kelam. Ia hanya ingat, ayah dan
ibunya mati dibunuh kakeknya sendiri karena melawan kehendak sang kakek. Dan
kakeknya mati karena ditusuk oleh dirinya dengan pisau dari belakang.
Ia membenci mengingat hal itu.
Tapi dengan begitu, semua harta warisan ayah dan kakeknya jatuh di tangannya
karena ayah dan dirinya adalah anak lelaki tunggal. Meskipun memang saat itu ia
tak mengharapkan apapun selain rasa bencinya pada kakeknya yang telah membunuh
kedua orang tuanya. Tapi, tak ada salahnya menerima haknya sebagai pewaris,
bukan?
Dan mungkin mulai saat itu,
hatinya teah musnah, hatinya telah mati. Karena sedikitpun tak ada yang
mengajarkan padanya bagaimana itu rasa berbelas kasih!
Ia kembali melanjutkan
kegiatannya membereskan korbannya. Masa lalu memang terkadang menghantuinya
ketika ia sedang beraksi.
Dengan sigap ia membersihkan
segala jejak dirinya agar tak ada satupun barang bukti yang tertinggal. Tak ada
rasa sesal, yang ada hanyalah kepuasan dalam hatinya ketika merenggut sebuah
nyawa milik seorang yang diketahuinya adalah seorang akuntan sebuah perusahaan
besar.
"Maaf Tuan, Anda sedang
apa?" pekik seorang gadis kaget.
Sontak lelaki itu menoleh.
Memandangi gadis itu dari atas hingga bawah. Tak sengaja menilai penampilan
lusuh sang gadis.
Dan dengan langkah cepat ia
membekap mulut sang gadis dan menyeretnya ke dalam mobilnya kemudian
mengikatnya dengan tali yang selalu siap di dalam mobilnya.
"Ciihh, menyusahkan
sekali," ujarnya kesal ke arah gadis yang terus saja berusaha melepaskan
diri dari ikatan ciptaannya.
Gadis itu melotot marah mendengar
ucapannya, membuatnya sedikit terkagum berkat keberaniaan sang gadis. Ia
kemudian melepaskan bekapan tangannya dari mulut gadis itu, penasaran dengan
tindakan gadis itu selanjutnya.
"Anda manusia jahannam,
Tuan. Kenapa anda membunuh orang itu?" tanyanya berani.
"Siapa namamu, hey
gadis?" tanya lelaki itu mengacuhkan pertanyaan sang gadis membuat gadis
itu memautkan kedua alisnya, heran.
Untuk apa ia menanyakan namanya?
Apa namanya penting sekarang? Tidakkah pria dihadapannya ini menginginkan
kematiannya karena telah memergokinya membunuh seseorang?
"Lepaskan saya!"
jawabnya keras. Entah mengapa ia sedit takut dengan apa yang dipikirkannya
barusan.
Lelaki itu menutup pintu mobilnya
keras dan memasuki pintu bagian kemudi. Menyadari tak ada untungnya ia
bertanya. Setelah berda di depan kemudi ia melajukan mobilnya kencang
menghiraukan teriakan-teriakan gadis di sampingnya.
"Apa anda seorang psikopat?
Mengapa anda tega membunuh orang itu?"
"Anda gila! Sungguh, anda
ini gila!"
"Ku mohon jangan mengemudi
sekencang ini. Anda memang gila, Tuan!"
Ia terus meracau tanpa henti.
"Anda ini siapa? Anda akan
membawaku ke mana?"
"Ku mohon lepaskan
saya!" katanya lagi sambil menahan tangis. Ia tahu, hidupnya kali ini
sudah terancam.
"Diamlah! Tak ada gunanya
lagi kau berteriak! Kau sudah menjadi milikku!" jawab lelaki itu tajam.
Dingin. Menyeramkan. Membuatnya merinding dan terus terdiam.
"Siapa namamu?" tanya
lelaki itu lagi.
Ia hanya membisu. Tak berniat
menjawab.
"Hey, jawab! Siapa
namamu?" Tanyanya lagi. Tentu saja dengan penekanan dan desakan agar gadis
itu segera menjawab.
"Ana," jawab gadis itu
seakan berbisik. Namun, masih bisa didengar lelaki itu.
"Apa kau seorang
pemulung?" tanyanya.
Sontak gadis itu terheran,
'bagaimana dia tahu? Apa penampilannya sangat menonjol?'
"Jawab!" ucap lelaki di
sampingnya tegas.
"Ya," jawabnya asal.
Kali ini, entah mengapa ia sedikit kesal.
"Aku Roman. Dan sekarang kau
adalah milikku! Pekerjaku! Kau tak bisa membantahku karena kau tak bisa kabur
dariku. Sampai kapanpun! Kalau kau kabur, kau akan tahu akibatnya! Kau punya
keluarga bukan? Aku bisa dengan mudah menemukan semua yang terhubung denganmu
dan melenyapkan mereka semua!" katanya sekali napas. Penuh dengan ancaman.
Ana menoleh marah. Tapi kemudian
kembali menciut setelah melihat tatapan membunuh dari lelaki yang baru
diketahui namanya, Roman. Ia sedikit gemetar karena tatapan itu. Mendadak ia
tak memiliki keberanian untuk membalas ucapan lelaki itu. Mendadak ia menjadi
gadis bisu yang ketakutan setengah mati.
'Ya Tuhan, aku bertemu dengan
pria yang menakutkan,' pekik hatinya takut.
Mendadak ia mengingat ibu dan
adik laki-lakinya di rumah. Bagaimana kabar mereka? Apakah mereka
menghawatirkannya? Apakah mereka baik-baik saja?
Ia melirik pria di sampingnya.
Raut wajahnya dingin. Tegang. Menyeramkan. Dan dia telah membunuh seorang
lelaki gendut sebentar tadi. Ia bergidik.
'Tidak, aku tidak akan membiarkan
siapapun melukai keluargaku. Tidak, sekalipun diriku harus membayar dengan menjadi
budak lelaki di sampingku.' Putusnya.
Tanpa ia sadari, air matanya
meluruh. Ia tak bisa menahnnya. Ia merindukan ibu dan adiknya. Ingin sekali ia
memeluk mereka. Ia menyesal telah meninggalkan rumah sebentar tadi. Ia menyesal
karena pergi begitu saja setelah bertengkar dengan ibunya yang terus saja
menginginkannya menikah dengan saudagar genit. Ia menyesal karena tak bisa
membelikan adiknya sepatu baru untuk sekolahnya. Ia menyesal. Sangat menyesal.
Seandainya waktu bisa ia putar
kembali...,
Flashback off
____
Bersambung…,
Lanjutan silahkan klik, Part 4

0 Komentar