Part 1 Destroyed - Penjara Merah - Cerita By Mupidstory
Ye ye ye, Assalamualaikum, Selamat datang di gubuk media MupidStory, terima kasih sudah mampir. Rasakan kenikamatan Hakiki Story Enjoy, tips bermanfaat dan dunia Art.
Seperti biasa kita berada di plot cerita dari Destroyed, nah kali ini mimin mau update Part 1nya, buat kalian yang baru mampir dan belum baca prolognya silahkan klik, link judul ini, BAB Prolog Destroyed, supaya kalian lebih paham jalan ceritanya dan tidak kebingungan ketika membaca lanjutan cerita ini.
Oke, sebelumnya saya tegaskan lagi. Cerita ini Murni karya pribadi, harap membaca dan mematuhi ketentuan pembaca dan besikaplah dengan bijak ya guys.
SOJOY (STORY ENJOY) YUK!!!
DESTOYED
Penjara Merah
Bukan dimana kau ingin berada, tapi
bagaimana kau harus menerima keberadaanmu, meskipun hati mengeras tak mampu menerima
kenyataan yang ada...,
***
ANA POV-on
Kutatap kosong dinding merah darah
di depanku. Mata bulatku kembali menyusuri setiap sudut ruangan.
'Bersih,' pikirku.
Dan ya, ruangan ini layak disebut
sebagai kamar dengan kasur bulat dan beberapa atribut dan hiasan lengkap di
dinding maupun tergantung di atap. Tapi, bagiku itu hanyalah sebuah topeng yang
menutupi kebusukan wajah di sebaliknya. Bagiku, ruangan ini tak ada bedanya
dengan sebuah penjara merah yang dongkol. Bedanya, ia tak memiliki jeruji besi seperti
penjara-penjara lainnya, tapi pintu coklat yang terus tertutup dan terbuka saat
sudah waktunya aku harus keluar untuk pemburuan paksa.
"Ana!"
Seketika aku menoleh dan mengerutkan
dahi. Ya, aku bukan jenis wanita yang mudah berteriak karena kaget. Ah, lebih
tepatnya aku adalah gadis batu yang dipungut pria brengsek itu dari sampah.
Menyedihkan!
"Apa?" Tanyaku datar
sedatar-datarnya.
"Kau ini! Sudah tuli, bodoh
pula. Untuk apa kau terus melamun, huh? Cepat bersiap dan turun ke bawah!"
Herdiknya keras bersama perintanya.
Huh, itu sudah tidak akan
berpengaruh lagi bagiku. Aku sudah kenyang dengan suara cetar membahananya itu.
Sudah sampai hafal raut mukanya yang selalu saja sama. Menyeramkan!
Ku langkahkan kakiku ke arah lemari
baju tanpa menghiraukan dengusan kasar si jenggot karena tak ku tanggapi dan
dengan santai aku berjalan melewatinya menuju kamar mandi meskipun aku tahu
mata coklatnya itu tengah menatap tajam kepadaku karena tingkahku yang seakan
tak pernah takut padanya.
"Hai Pili," sapa Merlin
kepadaku.
"Hai," jawabku singkat.
Ya, Pili adalah namaku di penjara merah ini. Hanya Roman, pria brengsek
berjenggot masai itu saja yang memanggil nama asliku. Entah, aku tak tahu apa
bagisnya nama 'Pili' itu bagi mereka. Aku tak pernah peduli mereka ingin
memanggilku apa! Asal mereka tak memanggilku denga sebutan 'wanita jalang',
karena aku tak akan pernah tinggal diam.
"Ah, Pili. Kau selalu terlihat
manis meskipun hanya memakai kaos besar dan jeans..., yang besar pula.
Hahaha," ujar Merlin sambil mengedipkan mata ke arah Roman. Aku
mengerutkan dahi.
"Oh ya?" Tanyaku datar.
"Iya," jawabnya mantap.
Aku melihat tubuhku sendiri, 'kurasa
aku terlihat seperti kucing pasar bukan anjing di kapal.' Ah, persetan dengan
peribahasa itu. Aku bahkan tak pernah terbersit kalau aku ini 'manis?' Aku
seakan ingin menertawai kata-kata Merlin tapi hanya terpendam saja di hati.
Kulihat sekilas senyuman sinis
Roman. Aku tahu apa yang ada di pikirannya saat itu. Dan entah mengapa aku
menjadi kesal dengan pujian Merlin. Itu membuatku sangat tak nyaman.
"Oh, hello Merlin. Diam dan
kerjakanlah tugasmu itu! Kau tahu kita harus pergi dari sini segera!"
Marah Roman seperti biasanya. Ah, memang dasar pria beku!
"Come on, Man. Aku hanya
sedikit memujinya dan kenapa kau sampai naik berang kepadaku?" Kata Merlin
kesal. Ia tak habis pikir dengan jalan pikir saudara kembarnya itu. Sejak dulu
tak pernah berubah.
"Cepat! Kalau tidak..."
"Oke, oke. Akan ku
lakukan!" Putus Merlin menyerah. Ia merinding dengan keganasan Roman. Ia
masih sayang hidup.
Roman tersenyum puas. Kuasanya
memang selalu membuat semua orang bungkam, pikirnya angkuh. Ia melangkah
melewati Diana dan berhenti tepat di sampingnya.
"Aku ingin tahu, seberapa
manisnya dirimu ketika berada di atas ranjang, hemm?" Bisiknya penuh
kemenangan. Ia kembali melanjutkan langkahnya yang ditunda.
Aku melotot, "dasar pria
sinting! Semua pria yang ada di sini memang sinting!" Pekik hatiku marah.
Tapi kemarahan itu tak lama setelah
anak buah Roman dengan terengah-engah datang menghentikan langkah Roman yang
hampir memasuki ruangan pribadinya. "Rumah ini..., persembunyian kita
ini.., sudah tidak aman lagi!" Ujarnya gagap.
Aku mengumpat, 'ini bukan rumah bodoh!
Tapi penjara ilegal yang kapanpun akan terlacak polisi!"
Ku lihat wajah Roman sudah merah
menahan marah. Agaknya sebentar lagi keluar asap dari telinganya yang lebar
itu. Aku tersenyum sengit, ini bukanlah ancaman bagiku. Tapi, ya. Aku tahu dia
pasti dengan mudah mengatasi semua ini dan menyiapkan penjara merah yang baru
lagi, untukku. Dan entah, sudah berapa banyak 'ruang merah' yang ia jamah
dengan paksa karena lelaki yang satupun tak ia ketahui seluk beluknya.
ANA POV-off
*****
Bersambung..,

0 Komentar